Peran Manajemen di Dunia Olahraga

BERITA

Prodi Ilmu Keolahragaan (IK) PPs UNY menyelenggarakan kuliah umum pada Senin, 25 November 2013, bertempat di Aula PPs UNY. Kuliah umum yang diikuti oleh dosen dari Prodi IK dan 70 orang mahasiswa IK tersebut menghadirkan sosok ahli manajemen bidang olahraga (Sport Management) dari University of Malaya (UM) Malaysia yaitu Prof. Dr. Mohd Salleh Aman.

Civitas Prodi IK sangat bangga karena Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo, M.Ed. sebagai Direktur PPs UNY di sela-sela kesibukannya dapat memberikan sambutan dan membuka acara. Sebagai moderator Dr. Siswantoyo langsung mempersilahkan Prof. Dr. Mohd Salleh Aman untuk memaparkan dan mentransfer terkait materi Sport Management. Sebagai insan modern disadari atau tidak, manajemen itu sudah menjadi nafas/bagian hidup dari setiap insan. Tanpa adanya manajemen segala siklus kehidupan tidak akan berjalan (seperti makan, mandi, berolahraga, maupun yang lainnya).

Prof. Dr. Mohd Salleh Aman menyampaikan bahwa perlu diketahui sport/olahraga itu terkait dengan kecakapan fisik, meningkatkan komunikasi, memperoleh kesehatan, sebagai sarana rehabilitasi, rekreasi, bermain, dan kompetisi. Selama ini kebanyakan masyarakat Indonesia mendefinisikan olahraga semata-mata hanya untuk ke arah prestasi/ke arah spesifikasi olahraga. Sebenarnya olahraga itu untuk semua insan/masyarakat. Untuk memasyarakatkan olahraga diperlukan peran manajemen, manajemen adalah suatu cara, jalan, atau proses untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) yang ada dan memperhatikan faktor lingkungan.

Memasuki topik pokok yaitu terkait tentang ranah sport industry. Selama ini lulusan Universitas-universitas di Indonesia/insan akademisi masih memerlukan peran pemerintah untuk pengembangan profesinya. Masih jarang lulusan olahraga atau mantan atlet berkecimpung ke dunia industri. Bidang industri olahrga itu terkait tentang fasilitas, barang/sarana, dan jasa. Di Indonesia spesifiknya di Surabaya sudah mulai memproduksi sarana olahraga, seperti memproduksi bola untuk permainan sepakbola dan mempekerjakan 500 orang karyawan.

Informasi ini sangat menarik disimak dan semoga bisa menjadi cambuk atau motivasi yang patut ditiru terkait  manajemen fasilitas yang dikembangkan oleh negara-negara maju. Contoh di Jepang, saat ini Jepang memiliki stadion yang dapat digunakan untuk penyelenggaraan multi event dalam satu area yang berada di pusat kota. Seperti saat musim panas di stadion tersebut bisa diselenggarakan event sepakbola, hoki, rally, balap mobil (F1). Pada saat musim salju stadion menjadi tempat pelaksanaan event ski, dan kecanggihan teknologi rumput lapangan sepakbola di dalam stadion bisa digulung ketika akan diselenggarakan event F1 atau event yang lainnya. Tempat ini juga sering dijadikan ajang pameran mobil Toyota. Dari informasi ini menandakan bahwa, dengan manajemen yang baik dan terencana dapat menyuguhkan hiburan maupun sarana untuk berolahraga bagi insan yang ada di Jepang. Indonesia kapan ya bisa menirunya?

Terkait dengan integritas olahraga, Prof. Salleh juga memaparkan beberapa pelaku olahraga yang ingin mempercepat/akselerasi prestasi dengan menggunakan doping atau obat terlarang lainnya, seperti narkoba. Fenomena penyimpangan integritas lainnya dari olahraga yaitu terkait gender. Beliau menyatakan kebingungan ketika mengesahkan gender peserta yang akan mengikuti kejuaraan futsal kelompok wanita di Malaysia. Salah satu peserta memperlihatkan layaknya seorang laki-laki saat memasuki lapangan, namun mereka ternyata perempuan dan menggandeng pasangan seorang perempuan juga (di Indonesia sering disebut lesbian). Pernyataannya tersebut diharapkan dapat menstimulus audiensi untuk sama-sama berperan dan mengajarkan olahraga dan arti olahraga dari segi kesehatan, agama, dan budaya.

Sesi diskusi pun diberikan dan hasil dari diskusi yaitu untuk mengembangkan sebuah fasilitas, barang, dan jasa diperlukan adanya sinergi dari berbagai pihak. Prof. Salleh mencontohkan usaha produksi yang terkait dengan olahraga di Malaysia dibebaskan dari biaya cukai, di sini tampak jelas dukungan/peran pemerintah Malaysia terhadap industri olahraganya. Di akhir sesi, Prof. Salleh memberikan imbauan kepada audensi, marilah buka lapangan pekerjaan, jangan kita hanya mencari pekerjaan. Intinya insan olahraga dituntut berdikari dan dapat membuka lapangan pekerjaan. (Fernanda Iragraha)